Selasa, 26 April 2011

Tips Mengurangi RESIKO KEHAMILAN Di Usia 40 Tahun

Ibu yang hamil di usia 40 Tahun dituntut punya pengetahuan lebih untuk
mengetahui, bagaimana dan mengapa seorang ibu yang hamil di usia tersebut harus menjalani pola hidup sehat, menjaga psikis dan fisik dengan baik serta yang tidak kalah pentingnya menjaga pertumbuhan janin dengan lebih hati-hati dengan cara rajin periksa ke dokter kandungan. Semangat hidup dan menjaga suasana hati agar senantiasa senang juga akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan janin.

Bagaimana menjalani kehamilan dan proses persalinan yang sehat dan aman di usia yang cukup berisiko bagi wanita usia 40 tahun terkadang menjadi pertanyaan banyak wanita di usia tersebut.

Pada prinsipnya jika seorang wanita hamil di atas usia 35 tahun sudah dalam resiko tinggi, baik buat ibunya maupun buat bayi yang dikandungnya. Resiko atau komplikasi yang sering terjadi pada wanita atau ibu yang hamil di usia 40 tahun atau tepatnya di atas usia 35 tahun adalah hipertensi (Pre Eklampsia), pendarahan saat melahirkan (pendarahan post partum), dan berkurangnya tenaga saat melahirkan.

Sedangkan resiko buat janin adalah pertumbuhan janin yang terhambat dan cacat atau kelainan janin (cacat pada bayi yang berkaitan langsung dengan usia ibu adalah Sindroma Down/Down Syndrome yang disebabkan karena kelainan kromosom).

Untuk mendeteksi Down Syndrome dapat dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonography (USG) dan pemeriksaan darah (kadar Alpha Feto Protein dan Human Chorionic Gonadotropin). Itulah sebabnya dianjurkan usia melahirkan yang aman adalah 25 hingga 35 tahun. Namun pada pasangan yang masih menginginkan anak, hal ini masih dapat ditolerir asalkan selama kehamilan sang ibu harus dalam pengawasan yang baik dan tidak ada kelainan yang membahayakan ibu dan janinnya.

Masalah flek yang timbul selama kehamilan harus dipastikan dengan pemeriksaan USG. Bila berdasarkan hasil USG janinnya baik maka kehamilan tersebut dapat diteruskan, namun bila janin yang dikandung tidak berkembang (Blighted Ovum) maka harus dikeluarkan dengan obat atau kuretase.

Dr Ivan R Sini, MD, FRANZCOG, GDRM, ahli kebidanan dari RS Bunda, Menteng, Jakarta Pusat, menjelaskan bahwa kehamilan pada usia di atas 37 tahun ke atas merupakan kehamilan dengan risiko komplikasi yang tinggi. Pada usia ini kualitas sel telur yang diproduksi sudah tidak bagus, dan ketika bertemu sperma akan menghasilkan kualitas janin yang tidak bagus. “Seiring bertambahnya usia maka risiko kelahiran bayi dengan down syndrome adalah 1:50, hal ini sangat jauh berbeda pada kehamilan wanita usia 20-30 tahun yang memiliki risiko sebesar 1:1500. Selain itu kehamilan ini juga memiliki risiko keguguran yang tinggi karena terjadi nature selection, yaitu janin yang awalnya tidak bagus bisa jadi tidak berkembang pada satu tahap tertentu atau tumbuh namun dengan kelainan,” jelas Ivan.

Risiko ini akan sama bahkan lebih meningkat pada kehamilan bukan anak pertama, seperti komplikasi pendarahan dan keguguran. Salah satu komplikasi yang biasa terjadi pada kehamilan ini adalah preclampsia yang menyebabkan terjadinya pendarahan saat hamil atau setelah melahirkan. “Begitu Anda mengetahui kehamilan, datanglah ke dokter kebidanan dan konsultasikan mengenai pilihan screening atau tes yang bisa dilakukan,” imbuhnya. Berbagai pilihan yang dapat dilakukan antara lain adalah: USG, Triple Test dengan mengambil sample darah, Nuchal Translucency yang mengukur ketebalan belakang leher janin, dan Amniocentesis yaitu pengambilan cairan ketuban dari dalam rahim, yang selanjutnya dikirim ke lab genetik untuk dilihat adakah kelebihan atau kelainan kromosom. Panduan dan kunjungan ke dokter menjadi program utama dalam agenda Anda.

Tips:
1.Makan dan hidup sehat.
2.Olahraga low-impact.
3.Minum suplemem asam folat (Folic Acid)
4.Prioritaskan kunjungan rutin ke dokter

Berikut informasi makanan dan minuman yang baik dan tidak baik buat ibu hamil.

(Silahkan Klik Di Sini)

Artikel di ambil dari berbagai sumber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar